Mari
kemaskan potensi belia
Menyelalukan latihan dan kerja
musuh
utama kita semuanya
parapenopang
dagu dan peminta
Agama
kita pula mengajarkan
Tangan
di atas pasti dimuliakan
Malulah
hai jiwa bila kau rentan
Membelai
kemalasan dan khayalan
Asahilah
belati akalmu dengan membaca dan bekerja
Perkayalah
jati dirimu hai kawula muda
Kita
bukanlah bangsa hanya bangga pada pendahulunya
Sementara
potensi jiwa hancur berderai diterbangi masa
Musuhi
segala penghalang kita demi kemajuan bangsa tercinta
Gali
keahlian dalam segala buktikan kau pasti dikenang bangsa
Sebuah nasyid yang berjudul potensi jiwa
dinyanyikan oleh mahasiswa ketika itu, yakni group nasyid “sewarna” yang
terdiri dari 6 orang terbentuk ditahun 2003 tepat di kota Samarinda, Kalimantan
Timur. Lirik nasyid di atas sepintas menyampaikan pesan kepada kita tentang
potensi yang dimiliki oleh kaum muda. Yang jika potensi ini dikembangkan bukan
menjadi sebuah mimpi akan menghasilkan jutaan bahkan lebih kekuatan yang dapat
terpancar dari dalam diri para generasi belia. Bukan hanya untuk dirinya
melainkan keluarga. Bukan hanya untuk keluarga saja melainkan masyarakat. Bukan
hanya untuk masyarakat saja melainkan untuk Negara, bangsa dan agama. Itulah
pemuda yang mengembangkan potensi diri dengan keyakinan tinggi akan janji Allah
SWT dikemudian hari. Dan janji Allah adalah sebuah keniscayaan. Allah berfirman
“…Dan siapakah yang lebih
menepati janjinya (selain) daripada Allah?...(QS At Taubah : 111).
Beberapa hari lagi kita akan memperingati hari pahlawan. Yakni
pertempuran di kota Surabaya antara pihak tentara Indonesia dan Belanda. Peristiwa besar ini terjadi pada tanggal 10 November 1945 di kota Surabaya, Jawa Timur. Pertempuran ini adalah perang pertama pasukan
Indonesia dengan pasukan asing setelah proklamasi
kemerdekaan indonesia dan satu pertempuran
terbesar dan terberat dalam sejarah revolusi nasional Indonesia yang menjadi simbol nasional atas perlawanan Indonesia
terhadap kolonialisme.
Kata
pahlawan menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah orang yang menonjol karena keberanian dan
pengorbanannya dalam membela kebenaran atau pengertian lain adalah pejuang yang
gagah berani. Momentum peringatan hari pahlawan kali
ini mengajarkan kita akan sikap patriotik rakyat dan pahlawan indonesia zaman
dahulu. Pahlawan masa lalu, adalah mereka yang berjuang pada masa lalu, mereka
yang diberikan kesempatan untuk berkontribusi lebih, mereka yang memiliki keyakinan
kuat untuk merealisasikan cita-cita dan harapan. Dahulu gelar pahlawan
diberikan kepada siapa saja yang mati di medan pertempuran baik mati karena
membela bangsa dan negaranya maupun agamanya. Namun di era modern ini gelar
pahlawan menjadi lebih luas dan tidak ada batasan yang jelas. Misalnya para
Tenaga Kerja Wanita (TKW) disebut sebagai para pahlawan devisa. Guru yang
mengajar disekolah diberi gelar pahlawan tanpa tanda jasa. Bahkan seorang pria
ataupun wanita yang bekerja membanting tulang demi menghidupi keluarganya
disebut sebagai pahlawan keluarga.
Setiap zaman ada rijal-nya (orangnya), setiap zaman ada tantangannya… hari ini tak
sama hari kemarin, masa kini tak sama masa kemarin, zaman ini tak sama zaman
kemarin. Kalau dahulu para pahlawan berjuang melawan penjajah dengan senjata
dan langsung bertatap muka, namun sekarang penjajah bukan memerangi kita dengan
cara berhadapan face to face, akan
tetapi dengan senjata yang lebih halus, bahkan tak terlihat melalui fashion (pakaian/perhiasan), food (makanan), film, fun (hiburan). Mereka berupaya ingin menjauhkan para pahlawan
zaman ini dengan senjatanya. Agar pahlawan-pahlawan nantinya lupa dengan
senjata, terlena, termakan rayuan, tergoda dan akhirnya dapat dengan mudah
dilumpuhkan tanpa perlawanan yang berarti. Sangat mudah, tanpa mengeluarkan
banyak biaya pun tetesan darah mereka
para penjajah meluluh-lantah, mengobrak-abrik pertahanan para pahlawan dan
merebut izzah (harga diri) yang suci
ini…
Wahai pahlawan masa
kini…
Allah SWT berfirman : “Tidaklah sama antara mukmin yang duduk (yang
tidak ikut berperang) yang tidak mempunyai 'uzur dengan orang-orang yang
berjihad di jalan Allah dengan harta mereka dan jiwanya. Allah melebihkan
orang-orang yang berjihad dengan harta dan jiwanya atas orang-orang yang duduk,
satu derajat. Kepada masing-masing mereka Allah menjanjikan pahala
yang baik (surga) dan Allah melebihkan orang-orang yang berjihad atas orang
yang duduk dengan pahala yang besar” (QS. An- Nisaa’ : 95).
Ayat Al-Qur’an di atas menerangkan
kepada kita tentang keutamaan orang yang berjuang di jalan Allah. Agama islam
mengajarkan kepada ummatnya untuk selalu berbuat. Melakukan kebaikan hingga
dikatakan dalam sebuah hadits bahwa sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat
bagi orang lain, khairunnas anfaahum
linnas. Sungguh Allah SWT telah memberikan potensi yang luar biasa dalam
diri kita. Allah menjelaskan dalam ayat lain bahwa manusia adalah sebaik-baik
penciptaan “sesungguhnya Kami telah
menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya” (Qs. At Tiin : 4).
Jikalau kita berhasil mengelola potensi tersebut, jadilah kita manusia yang
sukses bukan hanya di dunia melainkan di akhirat. Dan kita akan selalu dikenang
walaupun jasad kita sudah tak ada lagi di dunia. Itulah makna pahlawan sejati,
umurnya tak lama namun jasanya akan dikenang dan dirasakan mendalam melebihi
bahkan melampaui jumlah umurnya.
Wahai pehlawan masa
kini…
Jadilah kita seperti
air yang selalu bergerak dan mengalir dengan derasnya. Bukan seperti air yang
cenderung diam, statis tanpa pergerakan, membisu tak banyak membantu. Air jenis ini adalah sarang kuman dan
penyakit, rumah bagi jutaan bakteri pembunuh yang berbahaya bagi siapapun yang
meminumnya. Jadilah air yang mengalir, bergerak ke segala arah. Air yang sehat,
kaya akan oksigen serta mineral yang bermanfaat bagi siapa saja yang
meminumnya. Air yang kehadirannya ditunggu bahkan dicari-cari oleh manusia.
Bukan sebaliknya menjadi orang yang selalu berharap tanpa berusaha, menopang
dagu tanpa langkah seribu, selalu meminta tanpa disertai dengan kerja nyata…
“Dan
Katakanlah: “Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin
akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang
Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa
yang telah kamu kerjakan” (QS. At-Taubah :105).
Wahai pahlawan masa
kini…
Tangan yang berada di
atas (pemberi) lebih baik daripada tangan yang di bawah (penerima).
Bahkan dalam riwayat muslim Rasulullah saw. biasa berdoa: Ya Allah! Aku berlindung
kepada-Mu dari kelemahan, kemalasan, sifat pengecut, menyia-nyiakan usia dan
dari sifat kikir. Aku juga berlindung kepada-Mu dari siksa kubur dan dari
fitnah kehidupan serta kematian. Lepaskan semua belenggu syaitan yang ada pada
diri. Berlari setiap hari, berjuang dengan garang, raih cita dan harapan,
singkirkan halangan untuk kehidupan yang lebih baik dimasa depan…
Wahai pahlawan masa kini…
Asahilah belati
akalmu dengan membaca dan bekerja. Agama ini mengajarkan kepada penganutnya
agar menjadi insan pembelajar. Terbukti dalam ayat Al-Qur’an yang pertama kali
turun adalah perintah kepada Rasulullah SAW. Al-Qur’an surah Al-‘Alaq : 1. Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan. Karena kita
dituntut untuk faham sebelum malakukan amalan. Dan Allah SWT memberikan dan
menaikkan derajat manusia yang berilmu beberapa derajat “…Dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", maka berdirilah,
niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan
orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui
apa yang kamu kerjakan” (QS. Al-Mujaadilah : 11). Wahai pahlawan ayo
perkaya diri dengan banyak berteman dengan pelajaran dan wawasan. Banyak
membaca dan menelaah segala persoalan yang ada di sekitar kita. Hingga kita
menjadi dewasa dan lebih dewasa memahami peran serta kita dan untuk apa
sebenarnya kita diberikan jatah usia oleh Alla Ta’ala…
Wahai
pahlawan masa kini…
Kita bukanlah bangsa yang hanya bangga
pada pendahulunya. Tanggal 10 november diperingati sebagai hari pahlawan.
Momentum untuk sejenak merenung akan perjuangan para pendahulu yang membebaskan
tanah air dari cengkraman penjajah. Kita mungkin bangga terhadap mereka namun
jangan berlebihan. Sekarang bukan saatnya membanggakan pahwalan saja, cukup
hanya merasakan dan menghayati semangat juang serta menghadirkan semangat
tersebut di zaman ini dengan kekuatan yang berlipat-lipat. Musuhi segala
penghalang kita demi kemajuan bangsa tercinta. Gali keahlian dalam segala,
buktikan kau pasti dikenang bangsa….
Selamat berjuang wahai pahlawan zaman
ini. Ingat bukan kelemahan yang menakutkan, akan tetapi ketakutan itulah yang
melemahkan… jadilah pemberani. Wallahu
a'lam bishawab.
From :
Dwipa Aprianur, Universitas Mulawarman
Samarinda, Kalimantan Timur
Tidak ada komentar:
Posting Komentar